Sintesis Selulosa Asal Bakteri Acetobacter xylinum
Sintesis Selulosa Asal Bakteri Acetobacter xylinum
Selulosa merupakan biopolimer yang
jumlahnya paling melimpah di alam. Senyawa ini mempunyai peranan penting
sebagai bahan baku berbagai jenis industri. Selulosa dapat digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan kertas, bahan baku tekstil, bahan makanan dan juga bahan baku peralatan medis.
Secara alami, selulosa diproduksi oleh tumbuhan dan juga kelompok bakteri
tertentu. Produksi oleh tumbuhan biasanya membutuhkan biaya yang sangat besar,
selain itu penggunaan sumber daya alam ini secara berlebihan dapat membahayakan
lingkungan. Selain itu selulosa yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah kurang
murni berbanding selulosa yang dihasilkan oleh bakteri. Produksi selulosa oleh
bakteri menjadi alternatif yang harus dikembangkan.
Selulosa bakteri adalah selulosa yang
diproduksi oleh bakteri asam asetat dan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan selulosa yang berasal dari tumbuhan. Keunggulan tersebut di
antaranya memiliki kemurnian yang tinggi, struktur jaringan yang sangat baik,
kemampuan degradasi tinggi, dan kekuatan mekanik yang unik. Selain itu,
selulosa bakteri memiliki kandungan air yang tinggi (98-99%), penyerap cairan
yang baik, bersifat non-alergenik, dan dapat dengan aman disterilisasi tanpa
menyebabkan perubahan karakteristiknya .
Acetobacter xylinum merupakan salah
satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan selulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri gram negatif yang dapat menghasilkan lapisan selulosa pada permukaan
medium kulturnya. Membran selulosa yang dihasilkan mempunyai kekuatan
mekanik dan tingkat kemurniannya yang tinggi. Sifat-sifat inilah yang membuat
selulosa berpotensi untuk digunakan sebagai bahan dasar bagi berbagai industri.
Bakteri Acetobacter termasuk bakteri
gram negatif, berbentuk batang, mikroaerofilik dan bersifat katalase positif,
bakteri ini termasuk dalam kelompok bakteri asam asetat yang melalui proses
oksidasi metil alkohol dapat menghasilkan asam asetat. Asam asetat inilah yang
berfungsi sebagai penekan pertumbuhan asidofilik. Acetobacter xylinum tidak
dapat menghasilkan amilase tetapi dapat menghasilkan disakaridase spesifik
seperti sukrase. Acetobacter xylinum tidak patogen pada manusia dan hewan
(Budiyanto, 2002). Selain itu bakteri ini juga menghasilkan enzim yang menyusun
(mempolimerisasi) senyawa glukosa menjadi polimerisasi yang dikenal dengan
sebutan selulosa (Pambayun, 2002). Menurut Palungkun (1993), pembentukan
selulosa ekstraseluler hasil sintesis Acetobacter merupakan hasil konversi gula
dan sumber karbon lainnya.
Proses sintesis selulosa diawali oleh
pemecahan sukrosa oleh enzim sukrase. Sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan
fruktosa. Glukosa inilah yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam sintesis
selulosa. Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat
memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan melepaskan karbondioksida dan
produk samping berupa senyawa alkohol.
Selulosa bakteri banyak diaplikasikan
dalam dunia medis, di antaranya untuk memberikan perawatan pada penderita
penyakit ginjal dan bisa juga sebagai subtitusi sementara dalam perawatan luka
bakar. Selulosa bakteri juga dapat diimplant ke dalam tubuh manusia sebagai
benang jahit dalam pembedahan. Namun, selulosa bakteri mudah menyerap cairan
(higroskopis) sehingga mudah terkontaminasi oleh mikroba, hal ini tentu menjadi
salah satu kelemahan dalam aplikasinya di dunia medis. Menurut CiechaĆska,
sangat mungkin dilakukan modifikasi pada selulosa bakteri melalui penambahan
suatu bahan dalam media kultur. Tujuan dari modifikasi ini adalah untuk
memperoleh struktur kimia, morfologi, dan struktur molekuler yang diinginkan. Luas
permukaan media tumbuh yang berbeda dengan volume media tetap, akan berpengaruh
terhadap produksi selulosa (Masaoka et al.,
1993). Media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme harus dapat
memenuhi kebutuhan senyawa karbon, nitrogen, serta beberapa zat pertumbuhan
seperti asam amino dan garam garam mineral (Casida, 1968).
Jenis gula, konsentrasi gula, sumber
nitrogen, dan nilai pH media memberikan pengaruh terhadap produktivitas
selulosa. Jenis gula yang memberikan produk paling tinggi ialah fruktosa
diikuti oleh kombinasi fruktosa, glukosa, laktosa, dan sukrosa pada media yang
mengandung sukrosa. Sumber nitrogen yang dapat digunakan ialah sumber nitrogen anorganik
(amonium sulfat, amonium fosfat, dan kalium nitrat) dan sumber nitrogen organik
(pepton, tripton, ekstrak khamir, dan urea) serta kombinasi antara kedua sumber
nitrogen tersebut (Embuscado et al.,
1994).
Kondisi kultivasi akan mempengaruhi
produksi selulosa. Pada kultivasi diam (static culture) sintesis selulosa
terjadi di permukaan (Masaoka et al., 1993). Kondisi penggoyangan menghasilkan
pertumbuhan yang cepat untuk tipe mikroorganisme mutan yang memiliki daya tahan
yang spesifik dalam membentuk selulosa (Hestrin & Schramm, 1954b). Menurut
Scramm (1954) faktor utama yang mempengaruhi produksi selulosa oleh A. xylinum
adalah tekanan oksigen pada permukaan kultur.
Comments
Post a Comment