BIOREMEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
Bioremediasi
merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk ditumbuhkan pada
polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut. Pada
saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks
sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya. Pada dasarnya,
pengolahan secara biologi dalam pengendalian pencemaran air, termasuk upaya
bioremediasi, dengan memanfaatkan bakteri bukan hal baru namun telah memainkan
peran sentral dalam pengolahan limbah konvensional sejak tahun 1900-an. Saat
ini, bioremediasi telah berkembang pada pengolahan air limbah yang mengandung
senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi dan biasanya dihubungkan
dengan kegiatan industri, antara lain logam berat (Priadie, 2012).
Prinsip dasar
dalam pengolahan air tercemar secara biologi pada dasarnya adalah meniru proses
alami self purification di sungai dalam mendegradasi polutan melalui
peranan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme pada proses self purification
ini pada prinsipnya ada dua yaitu, pertumbuhan mikroorganisme menempel dan
tersuspensi. Mikroorganisme yang menempel biasanya pada suatu permukaan seperti
pada batuan atau tanaman air, kemudian diaplikasikan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) misalnya dengan sistem trickling filter. Sedangkan
mikroorganisme yang tersuspensi dalam air yang tercemar diaplikasikan pada IPAL
dengan sistem lumpur aktif konvensional menggunakan bak aerasi maupun sistem
SBR (Sequence Batch Reactor) (Priadie, 2012).
Peniruan proses
alami self purification di sungai dalam mendegradasi polutan untuk
bioremediasi air tercemar memerlukan beberapa tahapan lain. Tahapan tersebut
meliputi isolaasi bakteri, pengujian bakteri dalam mendegradasi zat pencemar,
identifikasi, dan perbanyakan bakteri.
Tujuan
mengisolasi bakteri adalah untuk mendapatkan bakteri yang diinginkan dengan
cara mengambil sampel mikroba dari lingkungan yang ingin diteliti. Sampel
kemudian dikultur/ dibiakkan dengan menggunakan media universal atau media
selektif, setelah itu media yang mengandung mikroorganisme diinkubasi selama
beberapa hari. Dari hasil inkubasi tersebut diperoleh koloni-koloni bakteri
untuk selanjutnya akan diambil koloni yang dominan untuk diamati dan dibuat
subkultur murninya untuk digunakan dalam penurunan zat pencemar (Tortora,
2010).
Saat ini,
penelitian dan aplikasi bioremediasi untuk air tercemar dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu bakteri indigenous dan bakteri commercial product.
Bakteri indigenous merupakan hasil isolasi bakteri yang dilakukan oleh
laboratorium yang bersangkutan. Selain bakteri indigenous, perkembangan
IPTEK bioremediasi menjadikan produksi mikroorganisme mapun enzim dipasaran
komersial semakin mudah didapatkan. Produk komersial untuk bioremediasi biasa
dipergunakan untuk menjaga kualitas air danau, alga bloom, penurunan
Nitrat-Fosfat, dan peningkatan kecerahan (Priadie, 2012).
Identifikasi
bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara termasuk pengamatan morfologi sel,
pewarnaan gram, dan uji biokimia. Setelah didapatkan isolat yang diinginkan,
uji degradasi, dan identifikasi bakteri, selanjutnya adalah membuat perbanyakan
bakteri untuk uji skala lapangan. Perbanyakan bakteri atau pengembangan inokulum
merupakan proses untuk memproduksi inokulum dengan jumlah yang besar sehingga
menjaga keberlangsungan maupun degrasasi nitrogen, fosfat, maupun kontrol
pertumbuhan alga di danau (Priadie, 2012).
Perbanyakan
bakteri indigenous dilakukan melalui tahapan : pembuatan kultur stok,
pemeliharaan kultur, perbanyakan kultur tahap I, perbanyakan kultur tahap II,
dan pembuatan kultur produksi. Sedangkan bakteri yang berasal dari commercial
product pada umumnya hanya tinggal mengencerkan produk dengan dosis yang
telah ditetapkan pada kemasannya (Priadie, 2012)
Contoh,
diperlukan total 403 galon produk ACF32 dan 330 kg BioAktiv yang disebarkan ke
sungai selama tiga bulan dalam rangka bioremediasi Sungai Bintangor sepanjang
650 m dengan lebar sungai antara 12-15 m. Produk lainnya, untuk mengurangi
kekeruhan danau, produk Professional Enzymes & Bacteria memerlukan dosis
0,5 galon per acre foot (1,5 ppm) dengan ulangan 2-4 kali setahun. (Priadie,
2012)
Comments
Post a Comment