UJI KUALITATIF GAS METANA (CH4) DAN KARBONDIOKSIDA (CO2) SEDIMEN SUNGAI CAGAR ALAM PULAU DUA,BANTEN
EKSPLORASI KELOMPOK STUDI GENOM
(Generation of microbiology and molecular)
(Generation of microbiology and molecular)
UJI KUALITATIF GAS METANA (CH4) DAN KARBONDIOKSIDA (CO2) YANG
DIHASILKAN OLEH SEDIMEN SUNGAI CAGAR ALAM PULAU DUA SERANG, BANTEN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Pemanasan global dan efek rumah kaca merupakan contoh
masalah lingkungan yang kita hadapi saat ini akibat adanya pencemaran udara.
pemanasan global adalah meningkatnya temperattur rata – rata bumi sebagai
akibat dari akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca
(Satriago, 1996 dalam Nugraha et al., 2013), sedangkan efek rumah kaca
adalah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan
bumi yang kemudian dipantulkan kembali ke angkasa dan terperangkap oleh lapisan
– lapisan gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), Nitrogen dioksida,
perfluorokarbon (PFCS), hidroflourokarbon (HFCS), sulfurgheksaflorida (SF6),
dan uap air (H2O). Gas – gas tersebut dinamakaan sebagai gas rumah kaca (GRK)
(Satriago, 1996 dalam Nugraha et al., 2013).
CH4 adalah salah satu dari gas-gasrumah kaca yang cukup
potensial dapat berasal dari sumber alamiah dan sumber yangdiakibatkan oleh
kegiatan manusia. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gasCH4 dapat
dihasilkan dari kotoran hewan, sampah,
dan bendungan. Gas CH dapatkeluar secara alamiah dari permukaan bumi.Gas metana
lebih berbahaya danmempunyai efek pemanasan 25 kali lebih kuat. Gas ini juga
tidak dapat terserap olehklorofil tumbuh-tumbuhan sehingga lebih stabil di
atmosfir dibandingkan gas CO yangdapat terserap tanaman melalui proses
fotosintesa (Sari, 2012 dalam Nugraha et
al., 2013).
Gas – gas tersebut apabila terus dibiarkan akan membawa
dampak negatif bagi bumi, namun apabila digunakan sebagai salah satu sumber
energi alternatif, gas tersebut dapat memberikan manfaat yang besar bagi bumi
terutama manusia. Salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan
memiliki prospek yang cukup baik di masa depan adalah biogas. Biogas merupakan
gas yang berasal dari berbagai macam limbah organik dengan melalui proses
anaerobik digestion dan dapat dimanfaatkan menjadi energi. Produksinya dapat
berasal dari limbah seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan,
dan sedimen perairan (Hermawan et al.,
2015)
Secara alamiah sedimen yang berasal dari bahan-bahan
organik akan terakumulasi oleh aktifitas sekitar perairan dan terdekomposisi
oleh mikroba sehingga menghasilkan produk berupa biogas. Biogas ini dapat
terbentuk dari proses dekomposisi secara anaerobik pada temperatur rendah. Secara
tipikal gas tersebut terperangkap pada sedimen dangkal yang secara termal belum
matang (immature), terbentuk di rawa-rawa, sawah, danau air tawar yang anoxik,
dan teluk sub-litoral sampai laut (Rice dan Claypool, 1981). Biogas ini
tersusun dari beberapa komponen gas seperti CO2, CH4, H2
dan sebagainya. Gas CH4 dan CO2merupakan komponen utama
untuk biogas sehingga kemudian berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai energi
alternatif (Mustafa dan Ismail, 2010).
Cagar Alam Pulau Dua merupakan salah satu kawasan yang
cukup potensial sebagai penghasil biogas karena merupakan lahan basah dimana
hampir semua tanahnya merupakan lumpur (sedimen) dan berdampingan dengan
pertambakan, namun penelitian mengenai biogas di tempat ini belum pernah
dilakukan, oleh karena itu menurut kami penelitian ini perlu dilakukan
setidaknya dalam skala laboratorium terlebih dahulu.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kondisi fisik kimia air dan sedimen estuari
Cagar Alam Pulau Dua
2. Mengetahui kandungan biogas pada sedimen estuari Cagar
Alam Pulau Dua
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi fisik kimia air dan sedimen estuari
Cagar Alam Pulau Dua?
2. Berapa besarkandungan biogas pada sedimen estuari
Cagar Alam Pulau Dua?
1.4 Uji Hipotesis
1. Kondisi fisik kimia air dan sedimen estuari Cagar Alam
Pulau Dua cukup baik
2. Sedimen estuari Cagar Alam Pulau Dua berpotensi
sebagai penghasil biogas yakni CH4 dan CO2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Cagar Alam Pulau Dua
Cagar Alam (CA) Pulau Dua merupakan salah satu kawasan
konservasi dalam wilayah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa
Barat dengan ciri khas ekosistem mangrove dan burung-burung air baik migran
maupun lokal, sebagai sebuah kawasan konservasi, maka fungsi pengawetan
berperan sangat besar dibandingkan aspek pemanfaatan. Tingginya aspek
pengawetan pada cagar alam merupakan konsekuensi dari sebuah kawasan suaka alam
yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa, sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, sebagai tempat penelitian, pengembangan ilmu, pendidikan dan penunjang budidaya (Peraturan Pemerintah
No. 68, 1998), oleh karena itu sumberdaya alam dan ekosistem kawasan CA Pulau
Dua perlu dikelola, dijaga, dilestarikan secara optimal agar menjadi sumber dan penunjang kehidupan
manusia.
Topografi kawasan ini secara keseluruhan relatif datar,
tidak terdapat bukit-bukit dan ketinggiannya berkisar antara 1-3 m di atas
permukaan laut. Kawasan ini terletak
pada dataran rendah yang mendekati pantai dengan topografi datar dan ketinggian
antara 0-10 m dpl (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2007). Menurut Silvius et al (1987), Pulau Dua
memiliki ketinggian tempat antara 0-4 m
di atas permukaan laut. Keadaan
umum fisik tanah pada bagian Barat pulau agak kering sedangkan bagian Timur
umumnya rendah dan berawa. Kondisi tanah
di Pulau Dua terdiri dari kandungan pasir yang tinggi dan tidak mampu menahan
air hujan, sehingga tanah umumnya kering. Sumber air tawar tidak ada dan air
rawa berasal dari laut yang menggenangi ketika pasang.
2.2. Biogas
Biogas merupakan gas yang timbul dari pendegradasian
bahan-bahan organik yang direndam dan disimpan di dalam tempat tertutup atau
anaerob (tanpa oksigen dari udara) oleh mikroorganisme. Secara alamiah biogas
dapat terbentuk pada areal serta kawasan tergenang seperti kolam, danau, lahan
gambut, dan sebagainya. Areal tersebut didasarnya terkandung sampah berupa
bahan organik dan mengalami penggenangan air sehingga menyebabkan kondisi anaerobik
(Setiawan, 1996).
Mekanisme pembentukan biogas secara alamiah berasal dari
proses dekomposisi dan proses pembusukan oleh bantuan mikroorganisme pada
kondisi anaerob. Namun, secara alamiah faktor berupa keberadaan oksigen akan
sangat berfluktuatif akibat faktor lingkungan yang selalu berubah. Proses untuk
mengkondisikan dan memproduksi biogas dapat digunakan sebuah alat yang disebut
digester atau fermentor. Alat ini akan menjadi wadah terjadi proses pembusukan
dan pendegradasian bahan organik melalui dua tahap yaitu proses aerob dan
proses anaerob. Proses yang pertama terjadi diperlukan oksigen (aerob) dan
hasil prosesnya berupa karbondioksida (CO2). Proses ini akan
berakhir setelah oksigen di dalam alat habis. Tahap selanjutnya yaitu proses
pembusukkan secara anaerob (tanpa oksigen). Tahap proses yang kedua inilah
biogas (CH4) dihasilkan. Berdasarkan hal ini maka untuk menjamin
terjadinya biogas, fermentor harus tertutup rapat dan tidak berhubungan dengan
udara luar sehingga tercipta kondisi anaerob. (Setiawan, 1996)
2.3.
Mikroorganisme Anaerobik Sedimen
Sedimen mengandung populasi mikroorganisme yang melimpah
dengan keanekaragaman yang tinggi (Bisset et al., 2007). Bahkan menurut Urakawa
et al. (1999), sedimen dan tanah
mewakili habitat mikroorganisme yang paling kompleks di bumi. Beberapa kelompok
fisiologi mikroorganisme sedimen antara lain kelompok mikroorganisme aerob,
aerob fakultatif, metanogen, homoasetonogen, pereduksi sulfat, pereduksi
sulfur, denitrifikasi, pereduksi besi dan fermentatif (Madigan et al., 2003).
Pada danau atau kolam dangkal, seringkali juga ditemukan mikroorganisme
fotosintetik di permukaan sedimen (Atlas dan Bartha, 1993).
Biogas dihasilkan oleh sekelompok mikroorganisme
anaerobik obligat yang memiliki kemampuan untuk memfermentasikan bahan organik
menjadi kompenen-komponen gas. Kelompok mikroorganisme ini disebut
mikroorganisme metanogen yang secara taksonomis dimasukkan kedalam golongan
Archaea metanogen (Yazid dan Bastianudin, 2011). Archaea metanogen banyak
terdapat di rawa-rawa, sedimen danau, sawah, moist landfills, saluran
pencernaan hewan, dan kotoran ternak (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing) (Yazid
dan Bastianudin, 2011). Archaea merupakan salah satu kelompok prokariotik, yang
dibedakan dengan bakteri karena tidak mempunyai membran luar tetapi mempunyai
lapisan permukaan berupa sub unitprotein atauglikoprotein yang ada di luar
membran plasma, tidak memiliki
peptidoglikan dalam dinding selnya tetapi mempunyai pseudomurein. Perbedaan
lainnya terdapat ikatan ether-linked lipid dan RNA polimera sekomplek,
sedangkan bakteri mempunyai membran luar dan peptidoglikan dalam dinding selnya
(Madigan dan Martinko, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Juli 2015 hingga bulan September 2015.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah
plastik sampel, roll meter, patok
kayu, sekop, botol winkler, Erlenmeyer
1 L, Syringe glass 0,1 L, cawan petri, pipet tetes, probe gas trab, selang plastik, object glass, cover glass, mikroskop cahaya, pH meter, timbangan analitik,
corong, Gas analyzer, Lux meter, Wind Meter, GPS dan
termometer. Bahan-bahan yang digunakan adalah air Cagar Alam Pulau Dua,
sedimen Cagar Alam Pulau Dua, alkohol 70%, aquadest, alumunium foil, karet
gelang, vaseline, parafilm, dan lilin parafin.
3.3.
Prosedur Kerja Penelitian
3.3.1.
Pengambilan Sampel Sedimen dan Air
Sampel sedimen berasal dari Cagar Alam Pulau Dua, Serang-Banten.
Pengambilan sedimen diambil dari empat titik (purposive sampling) yang mengalami
sedimentasi tertinggi yaitu
pada kedalaman ± 5 – 100 cm (Fischer, 2005; Torres et al., 2010; Wells dan
Richard, 2011). Setiap titik dibuat kuadran untuk pengambilan sedimen dengan luasan
19 cm x 14 cm. Kuadran ditarik menggunakan roll meter dan masing-masing sisinya
ditancapkan patok yang sudah disiapkan. Pencuplikan sedimen dapat dilakukan
hingga kedalaman 30 cm (Wells dan Richard, 2011).
3.3.2. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Titik Sampling
Faktor fisika dan kimia yang diukur saat pengambilan
sampel dilapangan yaitu suhu air dan permukaan dan suhu udara, kelembaban sedimen,
pH sedimen, kecepatan angin, intensitas cahaya, kedalaman pengambilan sedimen
dan koordinat pada masing-masing titik sampling. Pengukuran suhu permukaan air
dan suhu udara menggunakan termometer, kelembaban dan pH sedimen menggunakan soil tester, kedalaman menggunakan tongkat
kayu yang sudah diberi skala dan titik koordinat menggunakan Global Positioning Sistem (GPS).
3.3.3.Pengujian Produksi Gas Skala Laboratorium
3.3.4. Pengukuran pH Sampel
3.3.5. Analisa Mikroba
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, R. M. &
artha, R. 193. Microbial Ecology :
Fundamental and Aplications. Addison-Wesle Publishng Company. Philippines.
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.2007. Cagar alam Pulau Dua. http://www.dishut.jabarprov.go.id/
105index.php. Diakses 23 Desember 2008.
Fischer, H., F. Kloep., S. Wilzcek dan M.T. Pusch.2005. A
River’s Liver Microbial Processes within The Hyporheic Zone of A Large Lowland
River. Journal Biogeochemistry. 76:
165 – 181.
Hermawan, A.S. 2014. Pemanfaatan
Sedimen Situ Kuru Sebagai Inokulum Untuk Produksi Biogas
Dengan Substrat Serasah, Batubara Dan
Limbah Sayuran. Skripsi. Fakultas Sains ddan Teknologi Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hermawan, B. 2005. Sampah Organik Sebagai Bahan Baku Biogas.
http://Chemis-try.org (diakses 10
November 2013 pukul 15.30 WIB).
Madigan, M.T., Maitinko, J.M., & Parker, J. 2003. Biology of Microrganisms. 9th Edition.
Pearson Education, Inc. USA.
Madigan, M.T & Martinko. 2009. Brock Biology of Microorganisms. 12th Edition. Pearson Benjamin
Cummings. San Fransisco.
Mustafa & Ismail N.R 2010. Pengaruh Tekanan Biogas Terhadap Kinerja Mesin Stasioner. Jurnal
Agritek. 11(2): 39-48.
Nugraha, Arif
Raditya, S Hermawan., M.R Pikoli, I. Sugoro. 2013. Pengukuran Gas Metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2) yang
Dihasilkanoleh Sedimen Danau Situ Gunung, Sukabumi Jawa Barat pada Skala
Laboratorium. Prosiding Seminar Nasional
Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4: B.39-B.45
Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam. http://www.legalitas.org/inclphp/buka.php/d=1900+99&f=
Keppres1141999.html
Sari, I.R.J. 2012.Teknologi. Jawa Tengah: SuaraMerdeka, Senin 27 Agustus 2012.
Satriago, H. 1996. Himpunan Istilah
Lingkungan untuk Manajemen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Setiawan, 1996. Memanfaatkan
Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Silvius M.J., A.P.J.M. Steeman, E.T. Berezy, E. Djuharsa, and A.W. Tufik.
1987. The Indonesian wetland inventory. A
Preliminary Compilation of Exist ing Information on Wetlands of Indonesia. PHPA, AWB/Interwader, Edwin, Bogor (Dua Island).
Sugoro, I., Sasongko, D., Indriani, D., & Adiastuti,
P. 2012. Comparison Gamma Irradiated an
Raw Lignite in Bioliqufaction Process by Fungus T5. School of Life Science
and Technology – ITB Center for Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi – BATAN Dept. Teknik Kimia – Fakultas Teknologi
Industri ITB
Wells, D.V. & R.A. Ortt. 2011. Deep Creek Lake Sediment Study: Physical and Chemical Characteristics of Lake
Sediments. Department of Natural Resources, Maryland Geological Survey.
Widjajanto, D.W., H. Kusumayanti & S. Rejeki. 2010. Produksi Biogas dari Limbah Kotoran Sapi
Perah dengan Reactor Biogas Sistem Batce Di Desa Lerep Kabupaten Ungaran,
8-14 hlm.
Yazid, M. &
Bastianudin, A. 2011. Seleksi Mikroba Metanogenik Menggunakan Irradiasi Gamma
Untuk Peningkatan Efisiensi Proses Digesti Anaerob Pembentukan Biogas. Jurnal
Iptek Nuklir Ganendra. 14(1): 47 – 55.
Atlas,
Mau tahu kegiatan Genom pasca eksplorasi dan uji biogas skala laboratorium, check this out :
Dokumentasi kegiatan eksplorasi Genom :
Dok
Dokumentasi Uji biogas skala laboratorium :
Gambar 1. Uji Ph Larutan sedimen |
Gambar 2. Menimbang sedimen |
Gambar 3. Uji produksi biogas skala laboratorium
Terima kasih sudah mampir, tunggu kegiatan dan Blog Genom selanjutnya ya..
Verba Volant Scripta Manen !!
Terima kasih sudah mampir, tunggu kegiatan dan Blog Genom selanjutnya ya..
Verba Volant Scripta Manen !!
Your support was greatly appreciated for allowing me to share such valuable and interesting content. I appreciate all of your hard work.
ReplyDeleteengineering colleges in Dehradun