Materi Kolokium 20 April 2017




Potensi Pewarna Alami sebagai Pewarna Alternatif Bakteri
(PENGGUNAAN EKSTRAK KOMBINASI ANGKAK DAN DAUN JATI)

oleh : Fuzi muchlissoh






Halo Apa kabar genomers ?
baik bukan?

Kali ini admin ingin bercerita sediikit mengenai kolokium kali ini, jadi begini ditanggal ini tepatnya tanggal 20 April 2017 anak 2016 sedang melaksanakan fieltrip Ekologi Dasar, dan pada akhirnyaa jeng..jeng.. kolokium sepi sekali man teman, hanya ada Gen-5 sajaaa oleh karena itu tetap berlanjut kolokium ini, namun ini bagi kami bukan sekedar kolokium karena disini kami dapat belajar banyak bukan hanya materi kolokium tetapi apa saja mulai share penelitian-penelitian terkini, megetahui karakter dosen sampai ngobrolin tempat-tempat yang seru. disini kami tidak malu bertanya juatu kali dapat leluasa bertanya kepada kak fuzi. Terimakasih ya kaak! semoga saja pahala dari ilmu yangg diberikan kakak selalu mengalir terus menurus kebaikannya amin 😍

Langsung saja yaaa ke materi kolokim jadi ini adalah materi yang menurut admin sederhana sekali namun sangat amat bermakna!
Tema yang diusung adalah :

Potensi Pewarna Alami sebagai Pewarna Alternatif Bakteri



Langsung aja yaa...
Di dunia laboratorium khususnya di bidang mikrobiologi, pewarnaan merupakan salah satu bagian terpenting. Pewarnaan berfungsi untuk memudahkan melihat bakteri dengan menggunakan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel vakuola, menghasilkan sifat–sifat dan kimia yang khas bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan,2009). Pewarna bakteri yang biasa digunakan yaitu pewarna sintetis diantaranya safranin, carbol fuchsin, crystal violet, dan methylen blue.
Di Indonesia, bahan pewarna alami banyak digunakan seperti dari bahan alam berupa tanaman yang mengandung antosianin baik bagian bunga, daun, batang , ataupun akar. Aplikasi penggunaan pewarna alami diantaranya yaitu sebagai pewarna alami pada makanan dan tekstil. Pewarna alami yang dapat diaplikasikan pada makanan diantaranya yaitu buah naga (Ekawatiet al,2015), kulit manggis (Farida & Nisa, 2015), kunyit (Syarfi, 2012) dan ubi jalar (Winartiet al, 2008). Sedangkan pewarna alami yang dapat diaplikasikan sebagai pewarna tekstil yaitu daun jati (Rosyida &Achadi, 2014). Selain digunakan sebagai pewarna makanan dan tekstil, pewarna alami dari bahan alam dapat pula digunakan sebagai pewarna pada proses pewarnaan bakteri. Penelitian pewarna alami yang digunakan pada pewarnaan bakteri dilakukan oleh Hafizet al (2012) yang menggunakan ekstrak daun henna sebagai pewarna penutup pada pewarnaan Gram. Bahan alam yang berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna pada bakteri sangatlah banyak, diantaranya terdapat angkak dan daun jati yang menghasilkan pigmen warna merah.

Penelitian Ati (2006) menyatakan bahwa ekstrak daun jati ini memiliki kandungan antosianin, jenis pelargonidin, sebagai pigmen alaminya.Pelargonidin merupakan golongan pigmen antosianidin, yaitu aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Kandungan ini berfungsi sebagai pembentuk warna (pemberi pigmen) yang menyebabkan ekstrak daun jati berwarna merah darah. Begitu juga dengan angkak atau biasa disebut dengan beras merah cina. Angkak sendiri merupakan produk dari beras yang difermentasikan oleh jenis kapang Monascus anka / Monascus purpureus (Wijayakusuma, 2008). Menurut Suwanto (1985) dan Ma et al (2000) pada angkak terdapat pigmen berwarna merah yaitu rubropunktatin dan monaskorubin.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Luciana (2016), bahwa kombinasi ekstrak angkak dan daun jati 2:1 dapat digunakan sebagai pewarna bakteri pada pewarnaan sederhana, yaitu dapat memberikan hasil pewarnaan yang cukup baik pada parameter yang diukur meliputi kejelasan lapang pandang, kekontrasan warna dan kesempurnaan bentuk bakteri yang diwarnai. Berdasarkan hasil tersebut maka aplikasi penggunaan ekstrak kombinasi angkak dan daun jati dapat pula digunakan pada jenis pewarnaan lainnya pada bakteri, yaitu pewarnaan Gram.

Preparasi sampel menurut Hafizet al (2012) dengan modifikasi: Larutan stok angkak dan daun jati dibuat dengan menimbang angkak sebanyak 1 Gram dan daun jati muda sebanyak 1 Gram . Masing-masing dimasukkan ke dalam wadah yang berbeda dan dilarutkan dalam alcohol 96% sebanyak 2 mL. Setiap larutan yang dibuat tersebut dipipet dicampurkan ke dalam satu wadah dengan komposisi larutan angkak sebanyak 2 mL dan larutan daun jati sebanyak 1 mL sehingga didapatkan ekstrak kombinasi angkak : daun (2 : 1). Kedua larutan dihomogenkan dan disaring menggunakan kertas saring. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan kalium permanangat sebagai oksidator sampai pH larutan menjadi netral.


Pewarnaan Gram (Harley & Prescott, 2002).

Dibuat apusan bakteri pada kaca objek. Bakteri diambil dari koloni biakan murni Escherichia coli pada media Agar Nutrien. Setelah difiksasi, apusan tersebut digenangi dengan Kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih digenangi dengan lugol selama 1 menit, kemudian dicuci dengan alcohol 96%. Kemudian digenangi dengan larutan penutup (carbol fuchsin sebagai kontrol) dan larutan ekstrak kombinasi angkak dan daun jati sebagai perlakuan penelitian. Waktu yang digunakan untuk kontrol adalah 1 menit, sedangkan untuk perlakukan penelitian selama 1 menit, 5 menit dan 10 menit. Tahapan akhir pewarnaan dengan membilas apusan dengan air mengalir kemudian dikeringkan di udara. Preparat diamati dengan mikroskop perbesaran lensa objektif 100X.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil pewarnaan yang berbeda dari setiap perlakuan lama pewarnaan yang dilakukan pada perendaman menggunakan pewarna penutup ekstrak kombinasi angkak dan daun jati. Dilihat dari parameter kejelasan lapang pandang dan kesempurnaan bentuk bakteri terlihat sama pada semua perlakuan 1 menit, 5 menit dan 10 menit, yaitu lapang pandang terlihat jelas dan mempunyai bentuk bakteri yang sempurna berbentuk batang. Sedangkan untuk parameter kekontrasan warna terlihat bervariasi, yaitu pada waktu pewarnaan 1 dan 5 menit terlihat kurang kontras sedangkan pada waktu pewarnaan 10 menit terlihat cukup kontras bila dibandingkan dengan hasil pewarnaan kontrol yang terlihat kontras. Pewarnaan Gram dilakukan untuk membedakan bakteri berdasarkan grupnya yaitu Gram positif dan Gram negatif yang berbeda dalam komposisi dinding sel nya. Pewarna yang digunakan terdiri dari pewarna utama dan pewarna penutup. Pewarna utama yang digunakan pada pewarnaan Gram yaitu kristal violet yang berwarna ungu. Pelekatan pewarna utama pada sel bakteri lebih ditingkatkan dengan penambahan mordant (Harley & Prescott, 2002). Terjadi mekanisme yang berbeda pada bakteri Gram positif dan Gram negatif ketika ditambahkan larutan peluntur, pada bakteri Gram positif warna akan dipertahankan tetapi pada Gram negatif akan hilang. Oleh karena itu diperlukan pewarna penutup yang kontras untuk mewarnai bakteri Gram negatif, yaitu dengan pewarna yang berwarna merah. Pewarna penutup yang sering digunakan pada pewarnaan Gram adalah basic fuchsin atau safranin. Pada penelitian ini dilakukan pengujian angkak dan daun jati, untuk aplikasinya sebagai pewarna penutup. Angkak atau beras merah cina adalah salah satu bahan yang biasa digunakan sebagai pewarna, warna yang dihasilkan oleh angkak adalah warna merah . Warna merah ini stabil dalam berbagai pH dan mudah larut dalam pelarut polar (Radiastuti, 2005), selain itu angkak juga mudah ditemukan, karena angkak banyak di jual di pasaran. Selain angkak , daun jati muda juga bisa di gunakan sebagai pewarna, warna yang di hasilkan adalah warna merah yang di hasilkan dari antosianin (Pratama, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Luciana (2016) bahwa angkak dapat memberikan warna merah terhadap bakteri tetapi bentuk bakteri yang di dapat tidak jelas sedangkan hasil yang di dapat pada penggunaan daun jati muda, bakteri tidak optimal terwarnai tetapi bentuk bakteri terlihat jelas. Maka formula yang menggunakan kombinasi angkak dan daun jati muda lebih baik digunakan dalam pewarnaan bakteri. Pada penelitian ini digunakan larutan alkohol 96% sebagai pengekstrak angkak dan daun jati muda yang bertujuan untuk menarik zat warna yang terkandung di dalam sediaan bahan alam tersebut agar lebih optimal digunakan. Ketika stok pewarna angkak dan daun jati sudah dibuat perbandingan, terhadap larutan stok tersebut ditambahkan kalium permanganat sampai pH nya mencapai netral (pH 7). Penambahan kalium permanganat tersebut didasari oleh hasil penelitian (Hafizet al, 2012) yang menyatakan bahwa pewarna alami harus dioksidasi terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan bahwa kalium permanganat adalah oksidator yang paling bagus digunakan dibandingkan dengan hydrogen peroxide, ferric chloride, danpotassium alum. Penambahan KMnO4 pada subsrat yang dilarutkan pada pelarut organik mempunyai mekanisme oksidasi yang salah satu kemungkinannya adalah dengan cara disosiasi komplek pasangan ion (Dash et al, 2009). Mekanisme pada pewarnaan bakteri oleh zat alami yang dioksisadi oleh kalium permanganat di duga terjadi karena adanya disosiasi komplek pasangan ion zat warna dan kalium permanganat menjadi komplek kation kalium dan MnO4- yang menjadi anion.Komplek kation kaliumdengan zat warna tersebut menunjukan adanya ion bermuatan positif, sehingga memiliki sifat dapat terikat pada komponen sel yang bermuatan negatif. Sel bakteri kaya asam nukleat yang banyak membawa muatan negatif dalam bentuk gugus posfat, sehingga akan berikatan dengan pewarna basa yang bermuatan positif (Brooks et al, 2004).

Dari uraian diatas, Kita dapat menarik kesimpulan bahwa :
Penggunaan Ekstrak Kombinasi Angkak Dan Daun Jati Sebagai Pewarna Penutup Pada Pewarnaan Gram dapat disimpulkan bahwa ekstrak kombinasi angkak dan daun jati dapat digunakan sebagai alternatif pewarna pewarnaan Gram memerlukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan formulasinya.






Oke sekian dari konten materi tersebut genomers
karena ini sederhana namun manfaat nya banyak untuk menunjang penelitian mikrobiologi yang kami lakukan. Doakan yaa agar kami bisa mengaplikasikannya di laboratorium kami.

Amin...

Comments

  1. Assalamualaikum, mohon maaf sebelumnya ini penelitiannya ada jurnalnya?

    ReplyDelete

Post a Comment