Manfaat Tahnik terhadap Sistem Imunitas Bayi

HIKMAH SUNNAH TAHNIK ALA RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WA SALAM TERHADAP SISTEM IMUNITAS BAYI BERDASARKAN ASPEK KANDUNGAN ANTIMIKROBA PADA BUAH KURMA

Kolekium oleh :
Junietta Putri California Sumargo
State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Biology-Science tech
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412







sumber gambar:drzubaidi.com






BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
          Budaya mentahnik bayi (menaruh kurma yang telah dihaluskan/dikunyah di langit-langit mulut bayi) telah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam. Tahnik dapat menggunakan bahan manis lainnya selain kurma, seperti contohnya madu, namun kurma lebih diutamakan dalam Tahnik, karena kurma kandungan utamanya  sebagian besar merupakan monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. (Rahmadi, 2010).  Karena mengandung monosakarida yang merupakan karbohidrat sederhana, maka kurma sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan mentahnik bayi yang baru lahir, karena mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi.
          Ternyata keutamaan kurma tidak hanya terletak pada kandungan monosakaridanya saja, melainkan juga memiliki  kemampuan sebagai bahan antimikroba. Antimikroba sangat dibutuhkan oleh bayi yang baru lahir karena pada bayi, belumlah terbentuk sistem imunitas yang sempurna.

Rumusan Masalah
1.      Apa keutamaan kurma sebagai antimikroba?
2.      Apa pengaruh kurma terhadap system imun?
3.      Bagaimana cara mengambil hikmah pada kegiatan Tahnik yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam?



Tujuan
Mengetahui manfaat Tahnik terhadap system imunitas bayi dan mengetahui kandungan serta potensi buah Kurma sebaagai bahan antimikroba.






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tahnik
Tahnik merupakan sunnah Rasulullahshallalahu ‘alaihi wa salam yang merupakan kegiatan menaruh kurma yang telah dikunyah atau di haluskan dilangit langit bayi. sunnah yang sederhana ini, ternyata menyimpan  keistimewaan yang luar biasa bagi masa depan generasi peradaban. Karena para Dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil ( terutama yang baru lahir dan menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal ; Jika kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan) dan jika suhu badannya menurun ketika terkena udara dingin disekelilingnya.

Kurma
            Kurma merupakan buah dari tanaman dari keluarga Arecaceae yang memiliki biji dengan satu lembaga (monokotil). Komponen penyusun buah kurma sebagian besar merupakan gula pereduksi glukosa dan fruktosa yang mencapai sekitar 20-70% (bobot kering) diikuti gula non-pereduksi sukrosa yang berkisar 0-40%. Komposisi gula pada buah kurma sangat tergantung dari jenis kultivar dan tingkat kematangannya. (Rahmadi, 2010).
            Buah kurma diketahui mengandung komponen serat terlarut (dietary fiber) yang berkisar antara 9-13% bergantung kepada kultivar dan asal tumbuhnya. Kandungan serat kasar (crude fiber) di dalam buah kurma berkisar 2.5-4.3% pada tingkat kematangan rutab dan tamr. (Rahmadi, 2010)
Secara umum, semakin matang buah kurma, kadar glukosa dan fruktosa akan semakin meningkat dan kadar serat kasar cenderung menurun. Kadar sukrosa dan serat terlarut cenderung stabil pada semua tingkat kematangan, kecuali pada tahapan khalal (kadar sukrosa akan meningkat) oleh sebab pembentukan daging buah terjadi dengan pesat. (Rahmadi, 2010)
            Jumlah asupan kalori rata-rata untuk satu buah kurma (8.3g) adalah 23 kalori atau 1.3- 1.8 kali lebih banyak dibandingkan gula tebu dengan bobot yang sama. Respons terhadap asupan gula dari buah kurma, diukur dari peningkatan kadar gula  darah, akan berada pada titik maksimum berkisar antara 20 hingga 40 menit sejak dikonsumsi. (Rahmadi, 2010)
            Buah kurma juga memiliki kandungan mineral Selenium, Magnesium, Flourin, Seng; dan mineral-mineral yang dianggap juga memiliki efek kuratif. Kandungan mineral dalam buah dan biji kurma akan menurun drastis seiiring dengan tingkat kematangan. (Rahmadi, 2010)


A.    Antioksidan dan Gugus Fungsional dalam Buah Kurma
Salah satu komponen fenolik yang dianggap dominan berasal dari kurma adalah Asam Ferulat yang kadarnya dapat mencapai 4.7 mg/100g buah kurma (bobot kering). Selain itu, beberapa senyawa antioksidan berbasis fenolik memiliki gugus aktif Asam Benzoat dan sebagian merupakan turunan dari Asam Sinamat. Ekstrak antioksidan (2.2mg/mL) buah kurma mampu menurunkan kadar radikal bebas superoksida dan gugus hidroksil radikal hingga 50% dari konsentasi awal. Ekstrak buah kurma juga dianggap mampu menghambat 50% proses peroksidasi lemak dan oksidasi protein pada konsentrasi 2mg/mL ekstrak. (Rahmadi, 2010)
B.     Jenis-jenis Kurma
a.       Kimri (hijau)
Usia fisiologis buah pada tahapan ini berkisar antara sembilan minggu hingga 14 minggu namun warna buah masih didominasi hijau tua sedikit kekuningan. Buah kurma kimri memiliki bobot rata-rata 6g dengan kandungan nutrisi 5.6% protein, 0.5% lemak, 3.7% kadar abu, 83.6% kadar air, dan 50% kadar gula (berat kering) (Rahmadi, 2010)
b.      Khalal (tahap perubahan warna
Bergantung dari kultivarnya, kurma pada tahapan khalal akan mengalami perubahan warna dari hijau kekuningan menjadi kuning, oranye, hingga merah tua. Usia fisiologis buah kurma pada tahapan ini berkisar 15-21 minggu hingga kurma dapat dianggap matang, sekalipun daging buah masih cukup keras. Kadar gula buah meningkat cepat yang diikuti dengan penurunan kadar air (dari sekitar 85% hingga 65%). Komponen nutritif lainnya menurun seperti rata-rata 2.7% protein, 0.3% lemak, dan 2.8% kadar abu. (Rahmadi, 2010)
c.       Rutab (matang-lembek)
Pada tahapan ini, daging buah tidak lagi keras dan warna buah cenderung memekat. Usia fisiologis buah berkisar 19-22 minggu, tergantung dari tiap-tiap kultivarnya. Konversi gula (sukrosa) menjadi glukosa dan fruktosa mencapai titik maksimalnya, sehingga buah terasa sangat manis. Kadar air buah kurma rutab berada pada kisaran 43%. Komponen nutritif lain menurun dengan rata-rata 2.6% protein, 0.3% lemak, dan 2.6% kadar abu. (Rahmadi, 2010)
d.       Tamr (Kurma kering)
Buah kurma dikering-mataharikan hingga kadar airnya mencapai sekitar 12.7%.  Disebutkan pula, pengeringan dengan sinar matahari menyebabkan adanya variasi kualitas kurma kering. (Rahmadi, 2010)
                Dari aspek mikrobiologis, pengeringan kurma harus dilangsungkan secara cepat sehingga tidak terdapat kontaminasi patogen dari golongan jamur dan kamir yang boleh jadi merubah kualitas nutritif dari kurma kering sekaligus berpotensi mengandung mikotoksin (racun dari jamur). Nilai aktivitas air (aw) yang cenderung rendah disebabkan kadar air yang sangat rendah dan kadar gula yang sangat tinggi menyebabkan tidak banyak mikroba yang mampu tumbuh pada kurma kering. Terdapat penurunan kadar air yang cukup signifikan di tahapan ini, sehingga kadar sukrosa dan gula pereduksi mencapai kisaran 50% (berat kering) atau lebih. Kadar air buah kurma tamr berada pada kisaran 24.2%. Komponen nutritif lain semakin menurun dengan rata-rata 2.3% protein, 0.2% lemak, dan 1.7% kadar abu. (Rahmadi, 2010)






































BAB III
PEMBAHASAN
Skrining Fitokimia dan Uji Antimikroba pada Buah Kurma Cina
     Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa pengujian dengan menggunakan ekstrak n-heksana buah Kurma Cina tidak  memberikan daerah hambat terhadap kedua bakteri, fraksi kloroform juga kurang memberikan daerah hambat yang memuaskan. Sedangkan ekstrak etanol buah Kurma Cina memberikan daerah hambat yang memuaskan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis, dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
Kurma memiliki potensi sebagai antimikroba karena berdasarkan hasil Skrining, didapatkan  hasil bahwa kurma mengandung senyawa kimia golongan alkaloida, glikosida, flavonoida, tannin, saponin dan steroida/triterpenoida. mekanisme kerjanya dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson 1991 dalam Anonim, 2011).  Sedangkan flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Cowan 1999 dalam Anonim, 2011).
Tanin, salah satu fitokimia dalam tumbuhan yang mengikat dan menciutkan protein (McGee 2004 dalam Anonim, 2011). Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang diperkirakan adalah sebagai berikut : toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. Akiyama et al., 2001 dalam Anonim 2011).  Selain itu tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas sel, maka sel tersebut tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Menurut Ajizah, 2004 dalam Anonim 2011) 
     Saponin, yang merupakan glikosida yang membentuk basa dalam air. Apabila dihidrolisis dengan asam akan menghasilkan gula dan sapogenin yang sesuai. Saponin dapat dipakai sebagai antimikroba. (Sholikhah, 2006 dalam Anonim, 2011) sedangkan Antrakuinon berperan sebagai antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Peran bakteriostatik antrakuinon dalam lidah buaya dimungkinkan dengan cara mempengaruhi sintesis protein bakteri. Antibakteri yang bekerja dengan mempengaruhi sintesis protein digolongkan sebagai bakteriostatik, yaitu antibiotik yang mencegah pertumbuhan bakteri sehingga populasi bakteri tetap. Dinyatakan pula bahwa antrakuinon merupakan suatu persenyawaan fenolik, sehingga mekanisme kerja sebagai antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol, yaitu menghambat bakteri dengan cara mendenaturasi protein (Fitri DN, 2005 dalam Rahayu, 2006).
                                                              






















BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
·         Kurma memiliki potensi sebagai antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Potensi kurma sebagai bahan antimikroba dikarenakan kurma mengandung senyawa kimia golongan alkaloida, glikosida, flavonoida, tannin, saponin dan steroida/triterpenoida.
·         Potensi Kurma sebagai bahan antimikroba menunjukkan bahwa kegiatan tahnik yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam sangat berperan dan bermanfaat dalam meningkatkan sistem imunitas bayi terhadap bakteri.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Avian Influenza. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Anonim. 2012. Proses Tahnik. http:// cahayasiroh .com /index. php option= com_ content &view =article &id =447:prosesi-tahnik&catid=73:dari-nabi-untuk-anak-          indonesia&Itemid=248. (Diakses       pada 27 April 2013)
Azis I S. 2011. Kurma sebagai Penghambat Bakteri dan Pendukung Probiotik. http:// salmanitb.             com/2011/08/kurma-sebagai-penghambat-bakteri-dan-pendukung-probiotik/. (Diakses       pada 27 April 2013)
Chalifah A N. 2007. Daya Anti Bakteri Ekstrak etanol Buah Kurma (phoenix dactylifera) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 in vitro. Universitas Islam Indonesia:   Yogyakarta.
Nurani. 2012. Tahnik Sebagai Imunisasi Islam. http://nuranifkm.ui.ac.id/index.php/artikel/105-tahnik-       sebagai-imunisasi-islam.  (Diakses pada 27 April 2013)
Rahayu I D. 2006. Aloe barbadensis Miller Dan Aloe chinensis Baker Sebagai Antibiotik Dalam   Pengobatan Etnoveteriner Unggas Secara Invitro. Fakultas Peternakan Universitas        Muhamadiyah : Malang.
Rahmadi A. 2010. Kurma. Universitas Mulawarman : Samarinda.
Sinulingga E. 2011. Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas        Antimikroba    Ekstrak dan Fraksi Buah Kurma Cina (Ziziphus jujuba Mill.). Universitas           Sumatera Utara: Sumatera Utara.


Comments